• (0274) 391007, 391288
  • rsudwonosari06@gmail.com

APA ITU STUNTING ?


Informasi dan edukasi tentang stunting yang masih belum memadai menimbulkan kesalahpahaman di tengah masyarakat yang menganggap stunting sekadar kondisi anak bertubuh pendek.

Lebih dari sekadar kondisi tubuh yang tidak tumbuh optimal, stunting merupakan buah dari masalah gizi buruk kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama. Hal tersebut menyebabkan balita tumbuh tidak sempurna. Pertumbuhan tidak optimal bukan hanya pada taraf ukuran tubuh, tapi juga organ tubuh lainnya, seperti perkembangan otak yang dapat menyebabkan hambatan inteligensi pada kemudian hari. Gejala stunting terjadi sejak bayi berada dalam kandungan dan dampaknya terlihat saat anak berusia dua tahun.

Kemudian, yang menjadi ironi adalah tidak sedikit masyarakat yang menganggap stunting sekadar kondisi tinggi badan anak di bawah rata-rata normal. Padahal, kenyataannya, anak yang memiliki tinggi badan di bawah rata-rata belum tentu mengalami stunting. Boleh jadi ada pengaruh faktor genetik.

Sebagai orang Asia, masih banyak juga orang tua yang menganggap kurangnya tinggi badan pada anak adalah hal wajar. Kesalahpahaman tersebut diperburuk oleh kurangnya informasi tentang stunting dan orang tua yang belum Sadar Stunting. Minimnya pengetahuan masyarakat tentang gejala, dampak, dan cara pencegahan stunting membuat kondisi balita di Indonesia semakin buruk. Menurut data yang dipublikasikan oleh riskesdas pada 2013 sebanyak 8.4 juta atau 37.2 persen balita di Indonesia mengalami stunting.

Infodatin dalam laporan "Situasi Balita Pendek" juga menegaskan, jika tak ada upaya penurunan, maka tren balita pendek diproyeksikan akan menjadi 127 juta pada tahun 2025. Sebanyak 56% anak pendek hidup di Asia dan 36% di Afrika. Oleh karena itu, untuk menekan angka kurang gizi dan stunting, pemenuhan nutrisi bagi ibu hamil tak boleh disepelekan. Asupan gizi seimbang selama 1.000 hari pertama kehidupan anak menjadi kunci penting untuk menghindari generasi dengan gejala stunting.

Tak hanya dengan pemberian gizi seimbang, Sadar Stunting juga perlu diiringi dengan menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat. Caranya bisa dimulai dengan menjaga kebersihan lingkungan dan sanitasi rumah, serta membiasakan anak untuk berolahraga.

Balita yang mendapatkan asupan gizi seimbang sejak dalam kandungan akan mengalami tumbuh kembang lebih optimal dibandingkan dengan anak yang kekurangan nutrisi. Hal ini menjadi penting untuk disoroti karena stunting juga akan memberikan pengaruh pada kehidupan anak pada masa depan. Anak yang mengalami stunting ketika dewasa justru berpeluang terjangkit penyakit kronis, seperti diabetes, kanker, stroke, dan hipertensi, serta kemungkinan mengalami penurunan produktivitas kerja pada usia produktifnya.

Jangan gadaikan masa depan buah hati Anda. 

Sumber: Beritagar.id

(UPKRS)

  • By admin
  • 07 September 2019
  • 17

Berita Terbaru


RSUD Wonosari Ambil Bagian dalam Gerakan Jumat Bersih: Wujud Nyata Peduli Lingkungan

Wonosari, 13 Juni 2025 – RSUD Wonosari turut berpartisipasi aktif…

RSUD Wonosari Lakukan Studi Tiru Pelayanan Stroke ke RSA UGM: Menuju Layanan Stroke Terpadu dan Responsif

Yogyakarta, 12/06/25 – Dalam upaya meningkatkan kualitas dan kecepatan penanganan…

RSUD Wonosari Gelar Workshop Update INA-CBGs dan Strategi Klaim BPJS

Wonosari, 10/06/25 – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari menggelar…

RSUD Wonosari Laksanakan Penyembelihan Hewan Kurban di Momen Idul Adha 1446 H

Wonosari, 9 Juni 2025 — Dalam rangka merayakan Hari Raya…

RSUD Wonosari Gelar Sosialisasi KTR dan Edukasi Bahaya Rokok dalam Rangka Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2025

Wonosari, 31/05/25 – Dalam rangka memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia…